Hal yang melatarbelakangi dari penelitian ini adalah posisi kampus yang dipinggir jalan provinsi yang dilalui kendaraan besar dan juga diapit oleh pabrik yang menghasilkan gas pembakaran juga ditunjang dengan lahan pertanian dibelakang kampus ini yang biasanya para petani membakar rumput kering dan sampah jika akan mulai proses penanaman. Jika gas tersebut melebihi batas aman akan bisa menimbulkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan kesehatan seperti, paru-paru, sesak napas, pneumonia dan lain-lain. Dari sinilah tercetus ide untuk melakukan monitoring kadar gas karbondioksida menggunakan teknologi Internet of Things imbuh Muhammad Shodiq, S.Kom., M.Kom selaku dosen pembimbing skirpsi.
Selain itu, menurut Muhammad Shodiq, S.Kom., M.Kom., karena dirinya akan dipindah homebase kan ke prodi informatika medis yang sebelumnya berhomebase di prodi teknik komputer. Oleh sebab itu, beberapa anak bimbingannya diarahkan untuk penelitian yang menggunakan hardware (sensor) sebagai identitas dari prodi teknik komputer dan juga melakukan penelitian studi kasus dalam kesehatan karena nantinya pindah ke informatika medis, jadi penelitiannya harus relevan dengan prodi atau berbau kesehatan.
Dalam penelitian ini, dibuatlah sebuah sistem monitoring dengan konsep mengusung tentang pemantauan dan pengawasan terhadap eksistensi kadar gas karbon dioksida pada Universitas Muhammadiyah Lamongan, peneliti mengungkap kondisi tersebut, yaitu banyaknya aktivitas yang dilakukan pada tempat tersebut, sehingga dipastikan kualitas udara memiliki kadar yang berbeda daripada tempat lainnya, terutama eksistensi dari karbon dioksida yang merupakan gas yang cukup berbahaya jika terpapar dalam rentan waktu tertentu. Berdasarkan aspek tersebut ditakutkan kadar gas karbon dioksida dapat mengancam kesehatan masyarakat luas pada kampus tersebut. Dengan adanya sistem yang telah berhasil dibuat dan berfokus pada kesehatan masyarakat ini, peneliti menggunakan sensor MQ-2 sebagai alat untuk pendeteksi gas karbon dioksida dengan menggunakan Mikrokontroler ESP8266 sebagai alat pemroses data yang di terima oleh sensor dengan modul Wi-Fi nya sebagai media pengirim data. Kemudian, data pada mikrokontroler tersebut akan dikirim menuju Arduino IDE untuk diproses dengan menggunakan rule based sebagai metode untuk menentukan ambang batas pada gas karbon dioksida tersebut yang kemudian akan dikirim kembali pada Mikrokontroler ESP8266 yang hasil akhirnya akan ditampilkan pada website sederhana dengan hasil kadar dan grafik yang realtime dan buzzer akan bunyi berdasarkan batasan tertinggi dari kadar karbon dioksida tersebut yang diambil setiap 5 detik.
Batas kadar karbondioksida dikatakan baik jika nilai 0-150ppm, sedang 151-250ppm, tidak sehat 251-350ppm, sangat tidak sehat 351-450 dan lebih dari 451 dikategorikan berbahaya.
Hasil penelitian diambil sample selama 100 menit setelah sistem itu dipakai. Berdasarkan data yang diperoleh maka kadar gas karbondioksida terdeteksi status baik sebanyak 4 kali, sedang 10 kali dan tidak sehat 6 kali. Maka kadar karbondioksida di UM Lamongan memang lumayan banyak.
jadi dengan adanya sistem ini bisa diharapakn memberikan gambaran untuk dibuat kebijakan dalam pengendalian gas karbondioksida imbuh Muhammad Shodiq, S.Kom.,M.Kom.